Mengayuh Kembali Eksistensi Becak Lewat Alihfungsi dan Kolaborasi

kalau dulu di era 80-an besak menjadi salah satu angkutan yang paling bergengsi dan dicari, bahkan digunakan para kaum bangsawan sebagai kendaraan kesukaan. berbeda dengan situasi sekarang, dimana besak sudah sangat jarang digunakan dan lebih sering mengalami penggusuran karena dianggap pengganggu jalan. Terlebih di masa pandemi, banyak para pengayuh becak yang mengeluhkan berkurangnya para langganan yang berdampak pula pada pendapatan keseharian mereka. Padahal becak sendiri merupakan angkutan tradisional, yang sudah menemani perputaran sejarah di Indonesia sejak zaman penjajahan, sangat disayangkan apabila becak dihilangkan begitu saja. Di sisi lain, pandemi juga memberikan dampak negatif pada industri UMKM. Banyak pelaku UMKM yang pendapatannya menurun karena pandemi. Dari sanalah, awal mula muncul suatu inovasi untuk mengalihfungsikan becak dengan berkolaborasi bersama UMKM RW 06 Siwalankerto Surabaya untuk menghidupkan kembali eksistensi becak tradisional dengan wajah yang baru dan memiliki nilai guna yang lebih dibanding hanya sebuah angkutan tradisional yang kata orang ketinggalan zaman.