Angan Tangan Berkisah dengan karya

Tawa anak-anak terdengar riuh redam beriringan dengan keramaian jalan raya. Menyambut pagi dengan suara langkah kaki berderap menuju kamar mandi. handuk warna-warni tergantung rapi di rak jemuran yang sesekali dipindahkan untuk memberi ruang lalu-lalang. Aroma sarapan menyeruak dari arah dapur. Wajah-wajah yang sebelumnya nampak letih mulai berhasil mengumpulkan nyawa, satu per satu duduk di meja makan. Sebagaimana film adalah cuplikan-cuplikan perasaan yang meninggalkan kisah. Waktu berjalan dari satu rasa ke rasa yang lain. Hidup melaju dari rasa ke rasa yang lain. Berikut adalah perjalanan para penghuni sebuah rumah anak di Surabaya, mulai dari pengalaman-pengalaman kemarin,  sepak terjang hari ini, hingga mimpi-mimpi besak; semua disajikan dalam bentuk curahan jujur jari-jemari mereka di atas tanah liat. Inilah Angan Tangan: Berkisah dengan karya